Haji adalah perjalanan untuk memperbanyak bekal dengan taqwa
Petikan dari artikel Dr Badi', Ikhwan Muslimin.
Wahai umat Islam…
Haji bukanlah sekedar perjalanan seperti perjalanan lainnya, bahkan bukan hanya merupakan perjalanan oleh anggota tubuh saja menuju Mekkah, namun ia merupakan rihlah (perjalanan) Rabbani, rihlah menuju cahaya, rihlah hati, seluruh ruh berusaha menggapai Allah sang Pencipta, sehingga bisa berhubungan dengan sumbernya, dan memberikan bekal dengan sebaik-baik bekal yaitu taqwa kepada Allah..
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal”. (Al-Baqarah:197)
Dan pada saat umat memiliki bekal taqwa dan menggantungkan kekuatan hanya kepada Allah SWT, maka umat tidak akan terkalahkan, bahkan dapat menikmati hidup dengan damai dan tentram, dan bahkan dapat menaungi seluruh masyarakat diatas keadilan, kesetaraan dan kasih sayang.
Haji adalah rihlah tarbawiyah
Haji sepanjang sejarahnya merupakan rihlah, yang dapat menghubungkan seorang muslim dengan Allah yang mulia yang telah mengemban amanah yang begitu berat, melintasi jalan yang sulit terutama abul anbiya Ibrahim AS untuk mendirikan baitullah dan mensucikannya, memberikan petunjuk kepada manusia yang tersesat dari jalan Tuhan mereka yang lurus. Marilah kita renungkan sejenak beberapa pelajaran yang dapat kita petik dan harus diperhatikan oleh setiap muslim untuk memberikan perubahan pada jiwa dan Allah berkenan merubah jiwa dan kondisi mereka… diantaranya adalah:
1. Tauhid dan keikhlasan
Bahwa Nabi Ibrahim telah menyerahkan jiwanya untuk Allah, dan membersihkan dari selainnya:
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam”. (Al-Baqarah:131)
Dan Rasul kita saw mendapatkan petunjuk mengikuti agama nabi Ibrahim AS
قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ. قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah Termasuk orang-orang musyrik”. Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (Al-An’am:161-163)
Dan sejak hari pertama menyeru kepada penduduk Mekkah pada tauhid ini, beliau berkata kepada mereka:
قولوا لا إله إلا الله تفلحوا
“Ucapkanlah kata “La ilaha Illallah” (tidak ada tuhan selain Allah) niscaya kalian akan beruntung”.
Maka Quraisy pun takjub dari kalimat tauhid ini dan mereka berkata:
أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ
“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan”. (Shaad:5)
Bahkan kitapun sebagai individu dan umat akan mendapatkan kemenangan, jika kita mau menerapkan tauhid yang bersih (murni) dan melepaskan diri dari kemusyrikan, dan tahlilnya para hujjaj dengan penuh keyakinan adalah
لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لك لبيك، إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك
“Aku penuhi panggilanmu ya Allah aku penuhi.. aku penuhi panggilanmu tiada sekutu bagimu aku penuhi penggilanmu, sesungguhnya segala puji, nikmat dan kekuasaan hanyalah milikmu semata, tiada sekutu bagi-Mu”
Hal tersebut bermakna bahwa saya tunduk kepada-MU, taat kepada perintah-MU, siap mengemban seluruh amanah-Mu; taat hanya untuk-MU, berserah diri tanpa ada paksaan dan keraguan, menampakkan ketundukan dan ketaatan mutlak kepada segala perintah Allah pada saat menegakkannya dengan berbagai agenda kerja tanpa menyadari adanya tujuan seperti mencium hajar aswad, melontar jumrah, hanya karena taat kepada Allah.. karena itulah Umar bin Khattab ketika mencium hajar asad berkata:
والله إني لأعلم أنك حجر لا تنفع، ولولا أني رأيت رسول الله- صلى الله عليه وسلم- يقبلك ما قبلتك
“Demi Allah, saya sadar bahwa engkau adalah batu yang tidak memberikan manfaat, seandainya aku tidak melihat Rasulullah saw menciummu, maka Akupun tidak akan menciummu”.
2. Totalitas sepenuhnya hanya kepada Allah
Melalui ibadah haji kita dapat belajar tentang tajarrud (totalitas) sepenuhnya kepada Allah, maka dari itu, orang yang sedang berhaji telah mengeluarkan diri dari hartanya, rumahnya dan negerinya untuk memenuhi panggilan, kemudian setelah itu melepaskan pakaian dan perhiasan dunia untuk melakukan ibadah wukuf, yang tidak ada perbedaan di dalamnya, semuanya sama dihadapan Allah Tuhan semesta alam, tidak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin, antara pembesar dan yang rendahan, namun yang membedakan mereka adalah taqwa
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian disisi Allah adalah Taqwa”. (Al-Hujurat:13)
3. Mengingatkan akan akhirat dan bekerja untuknya
Dalam peristiwa yang agung ini mengingatkan kita akan akhirat, pada saat seluruh manusia berdiri dihadapan Allah, Tuhan semesta alam dengan bertelanjang kaki dan pakaian seperti halnya mereka saat baru dilahirkan oleh ibu mereka, seluruhnya berdiri untuk Allah, untuk dihisab akan segala perbuatan mereka dan apa yang telah diperbuat oleh anggota tubuh mereka.
4. Tawakkal hanya kepada Allah
Bahwa haji memberikan bekal kepada setiap muslim untuk yakin dan senantiasa bertawakkal hanya kepada Allah, yang telah menghancurkan bebatuan dengan air untuk diberikan kepada nabi Ismail dan ibunya, dan telah mengabulkan permohonan nabi Ibrahim sehingga seluruh hati-hati manusia rindu dengannya, dan menganugrahkan rezki kepada mereka
وَقَالُوا إِنْ نَتَّبِعِ الْهُدَى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَا أَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَهُمْ حَرَمًا آمِنًا يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِزْقًا مِنْ لَدُنَّا وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ
“Dan mereka berkata: “Jika Kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya Kami akan diusir dari negeri kami”. dan Apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah Haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?. tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (Al-Qashash:57)
Bahwa seorang muslim yang berusaha ingin meraih ridha Allah maka harus kembali kepada rihlah ini, sementara dirinya tsiqah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan umatnya, sekalipun di tengah bumi (tanah) yang tandus dan gersang, sementara ibunya Ismail, “Hajar” ketika menyadari dirinya dan anaknya ditinggalkan di bumi tersebut atas perintah Allah, lalu dirinya berkata: “Jadi Allah pasti tidak akan menyia-nyiakan kami”. Karena itulah Allah tidak menyia-nyiakan keluarganya.
5. Perjuangan dan pengorbanan
Kenapa seorang muslim ragu dalam berkorban dijalan Allah, sementara dirinya menyadari bahwa nabi Ibrahim diperintah untuk menyembelih anaknya lalu mentaatinya, sementara anaknya juga rela, dan ibunya pun tidak takut akan perintah Allah tersebut..
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”. (As-Shaffat:102)
Sungguh Allah telah membeli dari jiwa dan harta kita, dan memberikan kita surga yang harganya sangat mahal, maka bagaimana mungkin kita bakhil kepada-Nya padahal Dia adalah pemilik jiwa kita dan kita tidak memiliki apa-apa
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka”. (At-Taubah:111)
Jika nabi Ibrahim begitu taat atas perintah untuk menyembelih anaknya, maka jawabannya pun dengan penuh keyakinan berupa hadiah dan apresiasi
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”. (As-Shaffat:107)
Karena itu, marilah mentaati perintah dengan menyembelih hawa nafsu yang senantiasa mengajak pada kejahatan, yang selalu membawa setiap muslim untuk malas berkorban, berjuang dan berjihad, sehingga Allah memberikan balasan kepada kita, dan Allah telah memberikan kebaikan kepada kita, memberikan ilham berupa taqwa. Dan marilah kita membunuh sikap pengecut, bakhil dan pelit yang ada dalam tubuh kita, dan berlindung kepada Allah dari berbagai faktor kelemahan, sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw kepada salah seorang sahabatnya untuk menghilangkan diri dari kegundahan. Beliau bersabda:
قُلْ إِذَا أَصْبَحْتَ وَإِذَا أَمْسَيْتَ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ”. قَالَ الصحابي: فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَمِّي وَقَضَى عَنِّي دَيْنِي.
“Katakanlah jika anda berada pada pagi dan sore hari; Ya Allah Aku berlindung kepada-Mu dari rasa gundah dan sedih, aku berlindung kepada-Mu dari sikap lemah dan malas, aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut dan pelit, dan aku berlindung kepada-Mu dari terlilit hutang dan dikuasai oleh orang”. Llau sahabat tersebut berkata: maka sayapun melakukannya, lalu Allah menghilangkan dalam diriku rasa gundah dan melunasi segala hutangku”.
6. Persatuan, kesetaraan dan persaudaraan
Sikap yang menyatukan umat Islam dari seluruh lima benua dengan berbagai perbedaan ras dan warna, bahasa dan tingkatan, untuk mengumumkan kepada dunia, memberikan gambaran yang nyata dan kongkret bahwa Islam adalah agama kesetaraan dan persaudaraan yang sebenarnya, seluruhnya berada dalam satu hati, satu pakaian, satu tempat, satu ikatan, dari ujung timur hingga ujung barat, dari Jepang, Cina, Amerika dan Eropa.
Bahwa ini merupakan perasaan yang bergemuruh diantara berbagai bangsa yang ada dimuka bumi; yaitu ukhuwah (persaudaraan) yang telah Allah satukan ditengah hati umat islam.. Allah berfirman:
هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ . وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan Para mukmin, dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana”. (Al-Anfal:62-63)
Bahwa ikatan Islam ini merupakan ikatan suci diantara umat Islam yang telah Allah wajibkan atas kita, dan umat Islam wajib saling berkontribusi dan membari dalam kondisi senang dan susah, sempit dan lapang, berkontribusi dalam memperkokoh dan memelihara serta berjuang demi kemaslahatannya, bergotong royong dalam menghilangkan penyakit dan halangan yang terdapat pada setiap individu diantara mereka. Bekerja dengan sungguh-sungguh untuk menolak permusuhan yang terjadi ditengah umat Islam, menghadirkan yang terbaik untuk membagi manfaat dan kebaikan, memberikan simpati dan empati kepada umat Islam yang mengalami kesedihan, gempa atau kelaparan.
Dengan itulah maka akan terealisir kasih sayang, saling mengasihi dan menyayangi diantara mereka. Dari Nu’man bin Basyir berkata: Rasulullah sawa bersabda:
مثل المؤمنين في تراحمهم وتوادهم وتعاطفهم كمثل الجسد الواحد إذا اشتكى عضو تداعى له سائر الجسد بالسهر والحمى
“Perumpamaan orang mukmin dalam hal berkasih sayang, saling cinta dan kelembutan adalah seperti satu tubuh jika menderita sakit salah satu anggota tubuhnya maka semua anggota tubuhnya akan terasa sakit meriang dan tidak bisa tidur”.
Karena itu, dalam pertemuan tahunan dan konferensi tahunan untuk para delegasi Allah dan pemakmur baitullah yang suci merupakan seruan kepada seluruh umat Islam baik senantiasa menjaga persatuan dan berdekatan sebagai solusi terjadinya perpecahan dan saling menjauh, saling merangkul dan membantu sebagai ganti dari saling melempar dan menghina, saling melengkapi dan berbagi pengalaman serta manfaat sebagai solusi dari bergabung dengan musuh yang tidak pernah memperhatikan kita kecuali dengan pandangan kehinaan dan benci. Umat islam hendaknya merasakan bahwa persatuan adalah kekuatan dan tameng, tidak pernah melecehkan kaum minoritas yang ada ditengah mereka di bumi manapau mereka berada, tidak dihinakan dan tidak diharamkan akan hak-hak dan kebebasan mereka, tidak dirampas harta mereka, tidak dihalangi dalam menunaikan kewajiban (ibadah) mereka; karena kaum minoritas di bumi manapun yang tersambung dengan seluruh muslim lainnya dan terlindungi dan bergerak secara bebas untuk kepentingannya masing-masing, melindungi kekuatan bumi yang menyatu dalam rangka menghilangkan berbagai rintangan dan hambatan.
7. Sucinya darah dan harta
Bahwa realita yang dialami oleh kita adalah melindungi darah diantara kita, marilah kita menyimak sabda Rasulullah saw yang disampaikan pada saat haji Akbar:
إن دماءكم وأموالكم عليكم حرام كحرمة يومكم هذا في شهركم هذا في بلدكم هذا إلى يوم تلقون ربكم ألا هل بلغت؟ قالوا: “نعم”. قال: “اللهم فاشهد فليبلغ الشاهد الغائب، فرُبَّ مبلغٍ أوعى من سامع، فلا ترجعوا بعدي كفارًا يضرب بعضكم رقاب بعض
“Sesungguhnya darah kalian, harta kalian haram (suci) sebagaimana sucinya hari kalian saat ini, pada bulan ini dan di negeri yang suci ini hingga kalian bertemu dengan Tuhan kalian. Ketahuilah apa saya sudah menyampaikan? Mereka berkata: ya. Beliau bersabda: Ya Allah saksikanlah, maka yang menyaksikan hendaknya menyampaikan kepada orang yang tidak hadir, karena betapa banyak orang yang menyampaikan lebih memahami dari orang yang hanya mendengar, janganlah kalian setelah saya kembali pada kekufuran, sebagian kalian menyerang yang lainnya”.
Disini kami ingatkan kepada umat Islam di seluruh penjuru dunia Islam akan kesucian darah, harta serta kehormatan mereka, dan hendaklah seorang berhati-hati dari hiasan dan tipu daya syaitan dalam menumpahkan darah saudaranya sesama muslim atau manusia lainnya tanpa alasan yang benar atau menghalalkan kehormatan, atau hartanya dengan alasan syubhat dan tipu daya
لِيُرْدُوهُمْ وَلِيَلْبِسُوا عَلَيْهِمْ دِينَهُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
“Untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka agama-Nya. dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggallah mereka dan apa yang mereka ada-adakan”. (Al-An’am:137)
Begitu indah dan menakjubkan perjanjian yang dilakukan oleh Nabi saw ini, yang diumumkan pada hari Arafah.. perjanjian yang jika ditaati oleh orang-orang yang sedang saling membunuh, saling menumpahkan darah sebagian mereka dengan yang lainnya tanpa alasan yang benar akan akan berhentilah dari yang mengalir dan berhenti pula peperangan dengan cepat…
وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ . بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
“Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang”. (Ar-Ruum:4-5)
Dan Allah berada dibalik tujuan ini semua, Dialah pemberi petunuk ke jalan yang lurus.
No comments:
Post a Comment